Kalo ada yang ngikutin cerita-cerita selama di pare dari blog ini, pasti ngeh kalo dari awal aku gak pernah nyebutin nama lembaga tempat aku belajar. Yes, this is the primary reason. Aku gak mau menurukan kredibilitas suatu hal (dalam hal ini lembaga les) yang dikhawatirkan selama proses belajar akan ada hal-hal yang bikin aku gak sreg dan akhirnya ngasih kesan kurang baik di akhir.
Melenceng dari target awal, cukup tiga bulan stay di pare abis itu langsung ambil real test dan kejar mimpi-mimpi yang lain. Sesuai dengan apa yang dipromosikan oleh iklan dari lembaga, band 6.5 di bulan ketiga. Tapi kenyataannya.. dengan level kemampuan aku di bulan ketiga, ternyata masih cukup jauh buat raih band minimal 6.5 di test IELTS. Setelah coba diskusi dengan teman-teman, yang aku pahami adalah gaya belajar aku gak pas dengan metode belajar lembaga pertama, begitu pula dengan beberapa teman yang lain. Oleh karena itu, sejak bulan kedua.. mulai muncul niatan buat lanjut belajar lagi di lembaga lain abis yang disini kelar. Walaupun awalnya masih optimis buat memaksimalkan effort sebisa mungkin biar gak usah nambah, pasti bisaa! Tapi ternyata, hasil gak bisa bohong.
Masuk bulan ketiga, akhirnya aku coba survey ke lembaga-lembaga lain yang memfasilitasi para IELTS catchers untuk menjemput ilmu dan nanya-nanya komentar mereka yang udah pernah belajar disana. Tiga nama lembaga akhirnya aku pegang dan menurut aku mereka punya sistem dan kapasitas yang mumpuni buat encourage kebutuhan murid-muridnya. Setelah diskusi sama orangtua, akhirnya aku memutuskan untuk bergabung dengan lembaga yang terkenal suka ngasih tugas banyak, sangat banyak sampai-sampai banyak murid-murid yang gugur selama prosesnya. It's okay, karna aku yakin beginilah cara yang paling cocok buat aku, dipaksa menjadi bisa.
Bulan ketiga akhirnya berakhir,
Berpisah.. pamit.. Satu persatu teman pulang silih berganti ke rumah mereka masing-masing, meninggalkan hanya sedikit dari kami yang masih butuh akan asupan-asupan nutrisi demi menggapai mimpi.
Sedih? Tentu.
Air mata? Jelas.
Terlalu banyak kenangan indah, mungkin berkesan lebih tepatnya. Sehingga kata-kata gak akan pernah cukup untuk menggambarkan betapa.... #ahsudahlah :)
10 Mei 2016, hari pertama belajar di lembaga kedua.
Satisfied. Ini hal pertama yang aku rasain karna nutrisi-nutrisi yang aku butuhin akhirnya mulai mengalir. Mengalir dari banyak sisi, mulai dari sesi belajar di kelas dari jam 6 pagi sampai 5 sore hingga proses ngerjain tugas sampai jam 2 pagi, begitu pula dengan tingginya intensitas ngetik writing task 1 dan task 2 di hari sabtu dan minggu.
Wajar ketika minggu pertama adalah masa-masa stugle yang gak mudah. Menyesuaikan diri dengan sistem baru yang sangat contrast dengan sebelumnya. Mungkin analoginya, kalo dulu aku belajar dengan cara dilepas dan hasilnya adalah liar. Kali ini aku diikat, sangat kuat. Hingga sulit bernafas, namun dari kencangnya ikatan ini aku merasa bisa melahap asupan-asupan yang diberikan dengan baik yang mungkin akan lebih sulit aku cerna ketika aku tidak diikat seperti ini.
Kesimpulannya, memilih lembaga belajar di pare itu bukan karna halnya mencari "mana yang terbaik?". Namun mencari "mana yang cocok".
(Jadi kayak cari jodoh ini ceritanya -_-)
Karena akan percuma ketika kita memilih lembaga yang terbaik tapi sistem belajarnya gak sesuai dengan kita, para murid.
Tanya metode belajarnya,
tanya pengalaman tutor-tutornya,
lihat seperti apa media belajarnya,
dan yang paling penting : tanya komentar para alumni lembaganya.
Tanya se-detail mungkin yang kamu bisa.
Sampai di satu titik, kamu merasa bahwa lembaga inilah yang paling pas buat kamu diantara banyaknya lembaga-lembaga lain.
Karna ada yang lebih disayangkan selain uang ketika kamu salah memilih lembaga, dia adalah waktu. Waktu yang gak pernah bisa diulang dan kesempatan yang hilang untuk melakukan hal-hal baru lainnya.
No comments:
Post a Comment