Tuesday, May 30, 2017

Pare Fellowship: Burnout!

________________________________________________
burn·out
/ˈbərnˌout/
noun
physical or mental collapse caused by overwork or stress.
________________________________________________


Pare (Kediri), Juni 2016.

Hampir satu bulan berjuang hingga gumoh writing bersama di kelas dan kost masing-masing, namanya juga baru lepas dari fase anak muda.. jiwa-jiwa anti terkekang mulai naik ke permukaan. Berhubung ada moment yang tepat yaitu sebelum memasuki bulan Ramadhan, kami memutuskan untuk jalan-jalan bareng! Setelah berdiskusi akhirnya Malang terpilih sebagai destinasi tujuan, yakni pantai 3 Warna yang dikenal sebagai salah satu pantai tercantik di Malang.

Pada saat itu sebenarnya kami masih belum mengetahui apakah akan ada hari libur ketika transisi untuk masuk ke kelas IELTS level selanjutnya. But, just take a risk! Ciri khas anak muda yang independen dengan alasan butuh refreshing setelah tugas bejibun. Hari semakin dekat menuju akhir pertemuan kelas bulan itu, para murid laki-laki berhasil melobby Mr. Irham (tutor paling baik) agar kita gak ditugaskan untuk menyusun naskah speaking pada hari libur nanti. Karena ternyata kami memperoleh 1 hari libur tambahan yaitu Jum'at, terlebih ternyata Mr. Irham juga ingin menghabiskan waktu di Malang bersama temannya walaupun sebelumnya kami sempet mengajak beliau untuk gabung. Tutor yang paling pengertian!

Namun.. Tutor lain yang memang dikenal strict abis dengan peraturan, tetap memberikan kami 8 judul writing task di Kamis sore dan harus dikumpul tepat pada Minggu pagi. Sayangnya, tidak ada dari kami yang mampu berkata bahwa sebenarnya terdapat rencana ngebolang khas anak muda beberapa hari kedepan.. misteri. Kami pun saling mengingatkan agar tidak ada yang update foto jalan-jalan di facebook demi merahasiakan misi ini dari Mr. Tutor. Setelah berdiskusi dengan temen-temen untuk mencari cara agar tetap dapat mengumpulkan tugas dan juga jalan-jalan, terungkaplah trik-trik licik browsing yang disampaikan dengan guyonan oleh Fardan dan Arkam hingga berkolaborasi untuk mengparaphrase essay 'partner in crime' dari El dan Wiwi. Sayangnya kami tidak berhasil menemukan jalan tengah kecuali mengorbankan salah satunya, tugas atau jalan-jalan.

Due to burnout which was obtained, absolutely we chose Malang Vacation! The power of strenghten each other, karena kalo dihukumpun pasti bareng-bareng :'D


Setelah membagi tugas antara konsumsi (perempuan), tenda dan sewa mobil (laki-laki), Yunda sudah standby memimpin kami di balik kemudi mobil untuk otw pada Kamis malam. Sempat transit untuk makan tengah malam di Alun-alun Batu bersama udara dingin khas Malang, kami sampai di Pantai Gatra pukul 3 pagi.  Karena jumlah pengunjung pantai 3 Warna dibatasi dan sampai detik itu kami belum dapet konfimasi booking, keputusan jatuh pada Pantai Gatra yang berlokasi tepat di sebelahnya agar kami dapat sejenak mengumpulkan kembali energi yang hilang diperjalanan. Sesampainya disana, kita berdelapan langsung mendirikan tenda untuk beristirahat. Pagi pun tiba, betapa senangnya saat itu akhirnya bisa lepas sementara dari aktifitas ketik mengetik. Semua lari ke pantai!!
(ki-ka) El, Wiwi, Yunda, Aku.
Fardan, Arkam.
(ki-ka) Yunda, Arkam, Wiwi, Aku.
Zul, Fardan.
Mie instant 3 hari full hahaha
Captured by Tyo.
Zul ngerequest hahaha

Pengalaman paling tak terlupakan saat kami menjelajah Pantai Gatra adalah ketika Tyo menyewa sebuah kano! Setelah ia puas mendayung layaknya Atlet Olimpiade, semua diminta untuk ikut mencoba. El sempat khawatir jika kano akan terbalik setelah melewati bibir pantai karna ketidakmampuannya untuk berenang, namun akhirnya ia berani coba dan semua baik-baik saja. Zul terlihat lihai karena berhasil melewati ombak pertama tanpa terpisah dari kano pada percobaan pertama, Berbeda dengan aku yang membutuhkan tiga kali jatuh sebelum melewati ombak pertama dan keasyikan mendayung terlalu jauh hingga terbalik entah setelah melewati berapa ombak. Sayangnya postur tubuh yang kurang mendukung membuatku tak dapat kembali naik ke atas kano tanpa bantuan memijakkan kaki di daratan. Alhasil Bapak pemilik kano harus menjemputku untuk menarik kano, bersama diriku yang berenang dengan berpegang pada tepinya. 

Matahari sudah tepat berada di atas ubun-ubun kami, saat itu konfirmasi masih belum diberikan oleh pengelola pantai agar kami dapat merasakan keindahan Pantai 3 Warna. Karena telah berkunjung kesana satu bulan sebelumnya, ku sadar bahwa Pantai 3 Warna memiliki pasir yang lebih halus dan putih dibanding sahabat karibnya ini, tentu dengan tebing yang dapat dipanjat dari balik semak hijau. 

Akhirnya kami searching untuk mencari spot pantai lain di area Malang, beberapa menit setelahnya kami memutuskan untuk segera bersiap untuk pindah ke Pantai Bale Kambang setelah sholat Ashar. Kembali berjibaku dengan klakson jalan, kami sampai sekitar pukul 8 malam. Kembali mendirikan tenda, dilanjutkan bermain truth or dare yang berhasil mengungkap banyak cerita tak terkira dan ditutup dengan beristirahat di tenda masing-masing, terkecuali Yunda yang memilih tidur di mobil. 


Karena hanya membawa sedikit perbekalan pakaian, hanya Tyo sang Atlet yang terlihat menerpa ombak pada pagi hari. Selain karna pantai yang sangat ramai, masih hangatnya euforia kecantikan Pantai Gatra  yang jauh melebihi Pantai Bale Kambang membuatku enggan untuk basah-basahan. Namun jembatan dan pura yang serupa dengan salah satu Pantai khas Bali membuat langkah kaki kami bergerak menuju kesana tanpa banyak diskusi.


Sedang asyik melahap ikan bakar di salah satu kedai, ternyata tenda kami ambruk terkena pasang ombak. Menjadi satu-satunya orang yang tahu akan hal itu, tenaga dalam Pelari Sprint tiba-tiba muncul pada kaki ini untuk segera bergegas memanggil teman-teman yang lain. Untungnya saat itu tenda dan tas-tas kami yang berada di dalamnya tidak terbawa oleh ombak dadakan itu. Alhasil kami harus menjemur tenda terlebih dahulu sebelum siangnya kembali menancapkan gas menuju kehidupan nyata, Pare. 

Selama perjalanan, candaan seputar tugas yang belum dikerjakan tak berhenti membuat ledakan tawa satu mobil. Namun begitu, kami tetap tidak tenang karena terus memeriksa website tempat post tugas, apakah Daniel dan Lily yang tidak bergabung tetep mengumpulkan tugas kontroversi tersebut. Ternyata hanya Lily yang sempet menguploadnya di Minggu siang, itupun tak rampung karna dia sedang menghadiri acara kerabatnya dan pulang ke Semarang. Begitupula Daniel, Ia tidak mengumpulkan karna sedang dalam kondisi kurang sehat.

Sesampainya di Pare pada Minggu sore, bener aja ternyata.. Mr. Tutor mencari Fardan dan Arkam ke camp mereka saat menyadari ada banyak anak murid yang membangkang hari itu. Hari Senin tiba, Mr. Tutor ngamuk-ngamuk di kelas. Kabar tersebut aku peroleh dari El karena baru terbangun pukul 7 lebih setelah berusaha menyelesaikan 8 task writing tercinta di malam sebelumnya, tentu aku memutuskan untuk tidak mencari tambahan masalah lagi hari itu. Setelah selesai mendengar wejangan menyayat hati hingga pukul 9, hari itu murid sekelas diminta untuk pulang walaupun itu adalah hari terakhir kelas kami bersama Mr. Irham.


Entah, mungkin karena tidak merasakan secara live tragedi omelan hari itu, tidak ada rasa sesal yang muncul sedikitpun atas perilaku agak 'bandel' pada akhir bulan pertama belajar IELTS di lembaga tersebut. Toh, gak sehat pula kan selalu non-stop berada di kondisi under pressureSometimes we need to break in order to increase our next performance :)
#SalamBandel

No comments:

Post a Comment